Rabu, 23 November 2011


Senyap malam menghantar gelisah sehingga jiwaku terlempar ke dalam lorong sunyi. Kegelapan yang menyakitkan ini kian melengkapi kesendirianku. Susah payah kucari terjemah dari rangkaian peristiwa demi peristiwa yang terpampang di hadapanku, dengan cara menyibukkan diri dalam percakapan bersama Tuhan.



Di antara hiruk pikuk dialog dengan-Nya, satu persatu fakta dan realita berdesakan hadir, membuka mata dan memunculkan kesadaran batinku. Sehingga tubuh dan jiwaku yang semula menggigil menahan nyeri, menjadi sedikit tenteram.



Ya Allah seberat inikah jalan yang mesti kulalui untuk dapat berjumpa dengan-Mu? Dan semahal inikah harga yang mesti kubayar?



Meski kusadari beratnya konsekuensi yang harus kupikul atas resiko yang Kuambil, namun tak urung keraguan kerap meliputi jiwaku manakala badai dahsyat datang menghempas.

Kesangsianku akan keberadaan dan kepedulian-Mu adalah ujian berat yang dapat merobek robek keimananku.



Padahal begitu banyak persimpangan rumit yang meruntuhkan benteng ketegaranku dan menghalangi pandanganku pada-Mu. Namun, sungguh aku tak ingin kehilangan akal dalam menggapai-Mu ya Allah…



Malam kian larut dan tubuhku telah letih oleh pergulatan hebat yang terjadi sejak sore. Maka kuambil wudhu dan kubentang sajadahku. Dengan sisa tenaga, aku menelusup kedalam selimut kasih sayang-Mu, seraya bibir bergetar menguntai harap di atas permadani kepasrahanku: “Ya Allah berilah aku penglihatan yang baik, agar dapat kusaksikan kemuliaan-Mu. Berilah aku hati yang tidak akan menyembah selain-Mu. Dan berilah aku keberanian dan kekuatan untuk dapat melanjutkan hidup ini.”

Ku jelang pagi ini, dengan senyum penuh ketulusan

0 komentar:

Posting Komentar

 

enno's world Template by Ipietoon Cute Blog Design