Kamis, 23 Agustus 2012

Mengejar Mimpi = Mengejar Kebahagiaan

Apa sih tujuan hidup kita?

Konon, ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh sebagian besar masyarakat dunia. Kita seringkali bingung dan nggak ngerti apa tujuan kita berada di planet ini.


Ada yang bilang mencari kebahagiaan, ada yang bilang menghasilkan uang, ada yang bilang mengejar impian. Yeahh.. emang bener sih.. tapi hanya sedemikian sederhanakah? Apa hidup hanya sebatas bahagia, punya duit dan mengejar mimpi? Trus, kalo udah bahagia, kaya dan sukses tapi nafasnya megap-megap di rumah sakit gimana? Atau bahagia, kaya dan sukses tapi dikejar-kejar polisi karena menggelapkan uang, gimana?

Okay.. aku percaya tiap kita terlahir ke dunia ini dengan tujuan hidup yang berbeda. Bukan sekedar nyari duit kayak mottonya sebagian besar orang, tapi ada sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih mulia bahkan dari hidup kita sendiri. Sedih aja kalo kita sampe bertujuan hidup hanya untuk menghasilkan uang. Duh.. money oriented banget sihh.. tar begitu duitnya habis entah ke mana, nelangsa deh yang ada..

Menurut seorang pakar (aku gak tau dia pakar apa), kita harus mengukur apa yang kita lakukan dalam hidup dengan standar kebahagiaan kita sendiri, karena standar kita itu berbeda dengan orang lain. Maksudnya gini. Ada orang yang bisa menghasilkan puluhan juta rupiah dalam sebulan, tapi belum bahagia. Sementara, ada orang-orang yang hanya berpenghasilan satu juta, tapi udah puas. Yang gajinya gede, bisa jadi akar permasalahannya bukan pada banyaknya gaji, tapi kekurangan akan sesuatu yang belum dimilikinya. Kalo kita merasa belum puas dengan apa yang kita miliki (mungkin maksudnya yang kita bisa ubah..), maka kita harus memperjuangkannya. Sementara kalo kita udah puas, ya udah.. walaupun standarnya jauh di bawah standar orang lain, kita bisa tetap bahagia kaan, karena standar yang kita pergunakan adalah standar pribadi kita sendiri..

Jika ditanyakan kepadaku (inilah asyiknya punya blog, walaupun gak ada yang nanya, kita tetap berhak untuk memberikan pendapat) apa arti kebahagiaan.. mungkin aku gak akan menyebutkan uang/ harta/ kepemilikan sebagai yang utama. Bagiku yang terpenting adalah kepuasan batin. Jika kita puas karena berhasil mencapai sesuatu, kita melakukan apa yang telah Tuhan taruh sebagai bakat/ potensi/ passion dalam diri kita, maka uang akan datang dengan sendirinya. Tapi kalo kita cuma bertujuan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, kita nggak akan pernah berkontribusi pada hal-hal lain di luar diri kita. Kita nggak akan mengetahui bahwa ada hal-hal lain yang lebih besar dari diri kita dan segala persoalannya..

Lalu, kenapa banyak orang gak berhasil mengejar kebahagiaan?

Alasan utamanya : karena takut. Takut nggak mampu/ takut mencoba, takut kekurangan waktu/ merasa sudah terlambat, takut kata orang, takut gagal, takut sukses/ takut dikucilkan, takut berkomitmen, takut akan hari kiamat, takut akan hal-hal yang belum jelas.. banyak hal! Padahal, rasa takut seringkali lebih besar dari apa yang ditakuti. Sebenernya sih nggak jelas apa yang akan terjadi, tapi karena udah keburu takut, jadi gak maju-maju deh. Seharusnya, karena kita belum pasti dengan apa yang ada di depan kita, kita punya iman dan keteguhan yang jelas untuk mewujudkan mimpi dan harapan kita kaan..

Konon, bagi wanita, ada yang dinamakan dengan krisis perempat baya.. pada umur segini, baru akan terasa deh kegalauan dan kebingungan dalam pemikiran-pemikiran tentang kehidupan! Aku adalah contoh yang jelas. Suatu hari dalam hidupku, ketika aku berumur 20 th, aku tiba-tiba terbangun dan menyadari bahwa aku belum melakukan sesuatu yang cukup berarti dalam hidup. Dari situlah petualangan sesungguhnya dalam hidupku dimulai..

Yeah.. sejujurnya, selama ini aku tuh tipe orang yang terlalu takut akan kata orang. Aku dibesarkan dalam lingkungan yang penuh tekanan dan harus selalu pasang antena tinggi-tinggi terhadap ‘kata orang’. Itu sebabnya banyak orang bilang aku jaim setengah mati. Memang, aku gak menampik. It’s me at all. Aku tumbuh dengan ide bahwa untuk survive dalam hidup kita mesti jaim. Padahal, sesudah tumbuh dewasa baru aku berpikir. Ngapain mesti jaim? Capek. Kenapa aku gak boleh jadi diri sendiri dan mengemukakan pendapat-pendapatku? Kenapa mesti ada benar dan salah? Kenapa kita harus memperjuangkan pembenaran atas diri sendiri? Kamu boleh ngomong apapun yang benar versi kamu, tapi bukan berarti itu mengubah kenyataan bahwa saya pun benar, menurut versi saya. Hoho, this is my motto now. Sekarang, tutup kuping deh. Capek denger omongan orang. Sebagaimana aku membiarkan orang lain jadi diri mereka sendiri dan tidak menuntut apapun, aku berharap aku pun dibiarkan menjadi diriku sendiri dan bebas mengekspresikan diri dong.. Yes, I’m worth it. Really, really worth it!!

Jika kita mengejar kebahagiaan yang sesuai dengan standar kita sendiri, mungkin dunia akan jadi lebih indah. Kebanyakan orang mengejar kebahagiaan dengan standar orang lain atau standar yang media ciptakan. Yaahh.. mana bisa puaslah kalo gitu? Toh tiap saat kita dijejali dengan iklan, produk dan inovasi yang terus menggempur kita dari segala penjuru.. Bisa habis duit, tenaga dan waktu kita kalo mo terus ngikutin perkembangannya..

Aku berharap, tiap kita bisa mengenali diri kita sendiri lebih baik. Menganalisa diri sendiri : ingat prinsip SWOT (strength, weaknessess, opportunities and threats) kaan? Tulis deh impian-impianmu dan apa yang akan kamu lakukan dalam hidupmu (Thomas Edison menuliskan banyak hal dan mencapai hampir semuanya!). Jangan pernah takut untuk bermimpi. Dan jadilah dirimu sendiri..

Selasa, 21 Agustus 2012

Lebaran yang Menguasai



Lebaran tahun ini sangat berkesan bagiku, banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan. Berawal dari perjalanan kami ke tempat sodara-sodara yang banyak belum aku kenal. Bertempat di sebuah desa di jawa tengah.

Matahari tampak malu-malu bersinar karena hari masih begitu pagi. Aku berjalan di sebuah pematang sawah, udaranya begitu segar tidak seperti di kotaku yang penuh dengan polusi. Aku berhenti duduk di pematang itu, memperhatikan seorang bapak yang lagi bekerja. Tampak sesekali sang bapak menyeka keringatnya. Rupanya sang bapak tau kalau sedang aku perhatikan, dia menghampiri aku.

“Adik bukan dari sini ya?” Tanya bapak itu padaku. Aku menjelaskan kalau aku sedang mengunjungi keluarga di sini. Aku tanya pada bapak itu, kenapa lebaran masih saja bekerja. Bapak bilang karena badannya akan terasa pegal-pegal kalau tidak digunakan untuk bekerja. Wah semangat bekerjanya tinggi sekali. Aku berlalu meninggalkan bapak itu karena takut mengganggu pekerjaannya.

Aku kembali ke tempat sodaraku itu, rupanya mereka lagi sibuk bikin ketupat, ternyata orang di sini masih menjunjung tinggi sikap gotong royong lho. Tidak seperti di kotaku yang orangnya sangat individualis. Banyak sekali tetangga yang membantu bikin ketupat. Ternyata mereka itu bikin ketupat tidak bersamaan dengan hari lebaran yang pertama . Mereka juga bikinnya bergantian dan saling bantu gitu. Akhirnya aku juga ikut belajar bikin ketupat. Mengayam ketupat itu gampang-gampang susah, tapi aku berhasil juga bikin ketupat, bahkan tidak hanya satu model saja , ada beberapa model ketupat dan aku bisa semua yang mereka ajarkan.

Mamaku tampak tersenyum bahagia melihat aku tampak begitu bersemangat. Kalau saja aku tidak diajak kesini tentu aku tak akan bisa bikin ketupat. Oh ya ternyata setelah ketupat jadi mereka membagikannya kepada tetangga sebelah dan kerabat-kerabat yang lain. Demikian juga sebaliknya . Wah sungguh indah sekali hidup di sini. Kekerabatan yang sangat kental begitu terasa. Saling bantu, saling berbagi, tatapan yang sangat bersahabat begitu damai di hati.

Sayang sekali aku tak bisa berlama-lama disini karena harus mengunjungi sodara yang lain. Padahal aku merasa nyaman tinggal disini. Penghuninya ramah-ramah. Andai saja dikotaku orangnya seperti disini tentu hidup jadi lebih indah. Ternyata persaudaraan itu sangat menyenangkan, maka carilah sodara sebanyak-banyaknya. Silaturahmi yang tetap terjaga akan membuat persaudaraan lebih dekat lagi.

Kini kepenuhi janjiku kalau lebaran kali ini aku akan banyak tersenyum, banyak sekali kejadian yang indah di lebaran tahun ini. Akankah tahun depan aku bisa merasakannya lagi ya.., ah cuma waktu yang bisa menjawabnya.

Selasa, 14 Agustus 2012

Bulan Puasa = Bulan Penuh Berkah = Bulan Paling Boros

Tidak terasa kita sudah bertemu kembali dengan bulan puasa. Tentu saja ini menjadi momen atau bulan yang spesial bagi kita, terutama bagi kawan-kawan umat muslim. Selama sebulan, kita diwajibkan berpuasa. Simbolisasi kita sebagai manusia untuk berlatih menahan diri dari berbagai godaan dan nafsu. Baik dalam bentuk ini, itu, maupun anu.

Sudah cukup dengan formal-formalnya, mari lanjut seperti biasa ke pembahasan keuangan yang berhubungan dengan bulan puasa.


Aktivitas apa yang terbayang di kepala anda ketika berbicara tentang bulan puasa? Tidur? Beribadah? Ngabuburit? Dan saya yakin tidak sedikit dari anda yang berpikir tentang Buka Puasa Bersama! Yaap! Secara keuangan, ini adalah aktivitas dengan bocor halus paling besar selama satu bulan ke depan. Hampir mirip dengan amplop untuk pesta pernikahan.

Believe it or not, saya sudah dapat satu undangan buka puasa bersama bahkan sebelum puasanya dimulai! Saya bukan ingin sombong karena langsung dapat undangan, tapi hanya sharing sebagai gambaran bagaimana kondisinya selama beberapa minggu ke depan. Selama sebulan ke depan, coba anda amati, berapa banyak undangan yang datang. Mari coba kita buat daftar:
  1. Buka puasa bersama keluarga besar (ini sifatnya wajib, kudu, harus, mesti datang. Bawa makanan sendiri, modal relatif lebih kecil…)
  2. Buka puasa bersama teman TK (percaya atau tidak, teman saya ada yang diundang oleh teman TK-nya. Saya? Boro-boro ingat teman TK. Saya saja lupa, pernah TK atau tidak…)
  3. Buka puasa bersama teman SD (beberapa dari kita masih ada yang keep in touch dengan teman SD. Jadii, masih oke lah..)
  4. Buka puasa bersama teman SMP (memori kita biasanya masih agak bagus di masa SMP. Jadi, undangan dari teman SMP bisa laaah..)
  5. Buka puasa bersama teman SMA (ini isinya teman masa-masa pencarian jati diri. Susah senang bareng. Harus datang!)
  6. Buka puasa bersama teman kuliah (memori tentang ngerjain paper tugas bareng, plus nyari bahan skripsi bareng juga. Harus datang!)
  7. Buka puasa bersama teman kantor (coba asumsikan jika sebelum ini, anda sudah bekerja di 3 kantor yang berbeda!)
  8. Buka puasa bersama teman komunitas (coba asumsikan juga kalau anda tergabung di lebih dari 2 komunitas!)
  9. Buka puasa bersama pacar (yaa, masa iya, sama pacar sendiri malah nggak…)
  10. Buka puasa bersama keluarga besar (kalau yang ini sampai nggak datang, waah pecah Perang Dunia ke 3!)
  11. Buka puasa bersama teman TK-nya pacar
  12. Buka puasa bersama teman SD-nya pacar
  13. Buka puasa bersama teman SMP-nya pacar
  14. Buka puasa bersama teman SMA-nya pacar
  15. Buka puasa bersama teman kuliah-nya pacar
  16. Buka puasa bersama teman kantor-nya pacar
  17. Buka puasa bersama teman komunitas-nya pacar
  18. Buka puasa bersama para mantan pacarnya pacar (ada nggak nih kira-kira?)


Kalau kita lihat di atas, terdapat potensi bahwa anda memiliki 18 even buka puasa bersama untuk puasa selama 29 hari. Coba hitung jika seandainya, anda mengeluarkan Rp 50.000,- untuk satu even. Itu berarti setara dengan Rp 800.000,-.

Jika anda berpikir bahwa puasa adalah saat yang tepat untuk berhemat keuangan karena tidak perlu keluar uang untuk makan, coba tebak. Anda salah. Bulan puasa sama saja dengan bulan-bulan lainnya kok. Jangan sampai puasa menghalangi aktivitas anda. Yaa, sepertinya begitu juga dengan pengeluaran anda.

Tapi, dari 18 daftar tersebut, anda tidak harus mendatangi semuanya lho. Pilih saja beberapa yang memang anda inginkan sesuai pertimbangan. Misalkan, anda memang sudah jarang bertemu dengan teman SD, jadi anda hanya datang ke even teman-teman SD. It’s okay. Kalau sampai teman kuliah bilang, “aah, nggak asyik lo.. Nggak datang buka bersama! Kan buat silaturahmi.” Laah, coba pikir. Kalau misalnya anda sudah rutin setiap bulan bertemu arisan dengan teman kuliah, apa itu namanya bukan silaturahmi? Sama kan. Yaa walaupun bisa dipahami juga bahwa ini adalah bulan spesial.

Naah, mau tahu tips lain supaya anda tidak perlu datang ke 18 even tersebut? Putuskan pacar anda! Maka potensi anda hanya menjadi 8 even saja. Tentu saja ini hanya sebuah tips ekstrim nan gila sih. Jangan dicoba laah pokoknya. Tapi bisa dipertimbangkan, kan?

Intinya adalah bulan puasa akan menjadi satu bulan yang penuh dengan godaan, termasuk dari sisi keuangan. Jangan sampai lengah. Tetap waspada dengan setiap pengeluaran anda karena anda bisa menggunakan jumlah pengeluaran selama bulan puasa tahun ini untuk anggaran di tahun depan. Ingat! Anda juga masih harus beli baju lebaran, kan? Yaah, andai THR keluar di awal bulan puasa ya…

Sabtu, 04 Agustus 2012

Ternyata



Ternyata..

Bener kata Abraham Maslow bahwa perasaan ingin diterima dan diakui sebagaimana adanya kita itu merupakan kebutuhan yang hakiki dalam diri tiap manusia. Kita suka melupakan hal ini. Kita lebih cenderung untuk menilai orang berdasarkan apa yang mereka perbuat. Padahal, kita seringkali nggak tahu apa-apa tentang orang itu.

Pernah suatu kali dalam wawancara di Oprah Show, seorang ibu yang suaminya dituduh memerkosa anaknya sendiri (bukan ayah kandung anak itu) bilang gini sama Oprah ‘Kamu tidak berhak menilaiku karena kamu tidak tahu dan tidak mengalami apa yang kualami..’. Aku tadinya nggak ngerti maksud perkataan itu. ‘Nggak berhak menilai gimana?? Wong udah jelas kamu salah. Sudah jelas suamimu salah. Kenapa kami nggak berhak menilaimu??’ Begitulah kira-kira kalo aku jadi Oprah.. Tapi lama-lama aku baru menyadari maksud yang sebenarnya.

Kita gampang sekali tergoda untuk menilai atau menghakimi orang lain. Kita melihat perbuatan orang dan berkomentar. Kita denger berita tentang seseorang dan menyampaikan pendapat kita. Padahal, kita sama sekali nggak tahu apa-apa tentang orang itu. Bahkan, menurut penulis buku ‘Rahasia Kekuatan Bujukan’, kita bisa saja menghabiskan 75 tahun hidup bersama dengan seseorang dan tak mengetahui apa-apa tentang orang tersebut!

Weleh.. weleh.. Ini mungkin terlalu ekstrem. Tapi nyata. Jangankan orang lain, diri kita sendiri aja kadang kita nggak kenal.. Makanya buku self-help, motivasi, pengembangan diri dsb laris manis di pasaran kaan.. Kalo tiap orang mengenal dirinya dengan baik, kayaknya buku-buku tersebut nggak bakalan selaris itu deh..

Aku seringkali melihat juga kecenderungan ini dalam diriku. Ngeliat orang gini, sibuk ikut ngasih opini. Ngeliat orang digossipin, ikut sibuk berkomentar, padahal sih gak ada yang nanyain pendapatku.. hehe. Tapi gimana ya, kayaknya seneng aja ikut rame..

Setelah mengalami sendiri segala sesuatu yang sensasional, fantastis, bombastis, spektakuler, dahsyat, mutakhir dan terpercaya seperti Bukan Berita Bukan Empat Mata, baru deh aku ngeh dengan kata-kata si ibu yang di Oprah Show tadi.. Yup! Kita nggak berhak menilai dan menghakimi orang hanya karena kita melihat perbuatannya. Toh kita nggak tahu apa motivasinya, latar belakangnya, kebutuhan-kebutuhannya, dsb. Kita juga tidak pernah menjalani hidup seperti yang dia jalani. Jadi, kita memang tidak berhak! Tapi yah.. gimana sih, sifat dasar manusia..

Kadang aku juga gerah dengan segala tuntutan masyarakat ketimuran yang kebanyakan ‘nggak enak’ itu. (Mungkin kurang bumbu penyedap kali yee..). Kita seringkali jadi terpaksa melakukan ini dan itu karena perasaan nggak enak. Kadang, orang suka kalo kita nrimo dan ‘melakukan segala sesuatu seperti yang telah ditentukan’ bagi kita. Padahal, nggak jarang dengan melakukannya kita jadi mengesampingkan nilai-nilai dan hakekat hidup kita yang sebenarnya. Coba pikir, hanya karena ‘nggak enak’, berapa kali kita sudah korban perasaan? Berapa banyak kali kita melupakan tujuan kita yang sebenarnya? Duuh.. pusing amat sih perasaan ‘nggak enak’ ini!!!

Bukan sok western, tapi aku suka aja dengan filosofi orang barat yang straight, nggak urusan, menjunjung tinggi individualisme, dan liberal. Bukan menyangkali kodrat kita sebagai makhluk sosial, tapi nggak enak banget kan kalo segala sesuatunya harus diselesaikan keroyokan? Kenapa sih kita nggak bisa membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri dan menerimanya apa adanya tanpa menuntutnya menjadi seperti yang kita harapkan, atau mengkritik kekurangannya, atau menilai performanya seakan kita sendiri mampu melakukannya lebih baik daripadanya? Siapalah kita ini sebenarnya?

Well.. ada saat kita perlu untuk menampilkan yang terbaik dari diri kita. Tapi ada juga saat-saat kita seharusnya boleh mengungkapkan sisi lemah kita kepada orang lain. Toh dengan demikian kita jadi menyadari bahwa kita semua adalah manusia yang sama dan sederajat di hadapan Yang Illahi. Mengapa kita puas dengan tampilan baik dari orang lain, sementara kita menyadari bahwa itu hanyalah sesuatu yang semu? Mengapa kita suka dengan kalimat-kalimat manis padahal kita tidak tahu ketulusan hati orang yang mengucapkannya? Bukankah lebih baik kita mendengar dan melihat kejujuran walaupun menyakitkan? Mengapa kita cuma mau menerima yang baik dari seseorang dan tidak bersedia menerima kekurangan-kekurangannya?

Hmghh.. Sejujurnya aku juga capek dengan gaya hidup seperti itu. Tuntutan-tuntutan untuk selalu memberikan yang terbaik, yang sempurna, yang memuaskan.. sementara gejolak dalam diriku.. apa ada yang bersedia memahami? Krisis-krisis yang berkecamuk hebat dalam jiwaku.. apa ada seseorang yang bersedia membuka hati untuk peduli? Apa ada yang berusaha untuk mengerti? Hmghh.. sejujurnya, mungkin mengenalku pun tidak, tapi yeah.. entahlah. Sepertinya tiap orang berhak untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing..

Kenapa sih kita suka mencari kambing hitam atas segala persoalan yang terjadi? Kenapa bukan kita sendiri yang mencari jalan keluarnya? Kenapa kita harus sibuk berkomentar, menyalahkan sana sini, menunjuk, menilai, mengkritik dan mencari pembenaran?

Hmghhh..

Siapa yang tahu di mana jawabnya? ^^

Rabu, 01 Agustus 2012

Hidup Ini Ya Begini

Hidup ini memang keras. Kejam dan nggak ramah bagi banyak orang. Bahkan kadang kita pikir, hidup hanya bersikap ramah pada segelintir orang yang yeah.. katakanlah.. punya duit? Sukses? Tapi kalo kita tanyakan lagi pada mereka, pasti mereka akan menjawab hal yang sama. Hidup berlaku tidak ramah pada mereka pada awalnya. Barulah setelah mereka bekerja keras dengan tekun, hidup mulai melunak dan menunjukkan wajah manisnya.
Okay. Mungkin nggak semua. Anda mungkin beranggapan hidup itu manis dan menyenangkan. Well, nggak ada salahnya. Apapun pendapat kita, kita berhak mengemukakannya sesuai dengan cara pandang kita terhadap kehidupan.

Aku hanya memikirkan tentang berbagai hal yang bisa terjadi dalam hidup. Nggak selamanya yang terlihat manis, tenang dan datar itu seindah kelihatannya. Kita hanya melihat permukaannya. Kita nggak bener-bener tahu apa yang sedang bergejolak di dalam. Dalam banyak kesempatan, aku menyaksikan bahwa yang terlihat bergejolak belum tentu lebih parah dari yang terlihat aman tadi. Banyak latar belakang dan alasan harus kita perhatikan.

Yeahh.. mungkin postingan kali ini terdengar bagai misteri. Memang iya. Banyak hal terjadi dalam hidup yang nggak bisa begitu saja kubagi dengan Anda semua, para pembaca.. Tentang perasaan-perasaanku, keluargaku, saudaraku, banyak hal deh yang ribet and rumit, seru tapi nggak penting kalo diceritakan pada orang yang nggak ngerti.

Aku cuma berharap melalui setiap kesempatan dan peristiwa yang terjadi dalam hidup, aku bisa menarik pelajaran dari dalamnya. Toh pengalaman bukanlah guru yang terbaik. Guru yang terbaik adalah pengalaman yang direnungkan dan diambil hikmahnya. Kegagalan misalnya, akan tetap menjadi kegagalan sampai kita memelajari sesuatu darinya. Selama tidak, kita akan tetap berurusan dengan kegagalan dalam hidup. Dan dalam banyak peristiwa, pengalaman paling buruklah yang biasanya mengajari kita nilai-nilai penting tentang kehidupan. Kalau kita memelajari kisah tokoh-tokoh ternama dunia, kita bisa melihat bahwa mereka menjadi besar bukan karena mereka terlahir untuk itu, melainkan karena mereka menghadapi sesuatu yang keras, berjuang dengan tekun sehingga berhasil mengatasi penderitaan hidup dan memenangkan pertandingan. Orang-orang seperti inilah yang pada akhirnya kita kenal dengan menyandang predikat sukses. Tanpa perjuangan, kerja keras dan ketekunan, mungkin mereka akan berakhir sama seperti orang biasa lain di dunia ini. Tanpa nama.

Jika Anda menghadapi kesukaran dan mengalami penderitaan yang Anda anggap cukup berat, bersyukurlah. Itu berarti Anda luar biasa. Hanya orang biasa yang akan menghadapi pengalaman-pengalaman biasa. Orang-orang yang luar biasa mengalami hal-hal yang luar biasa. Bahkan mereka mengubah sesuatu yang biasa jadi luar biasa. Anda tak bisa menginginkan hidup Anda biasa-biasa, aman, terkendali, menyenangkan dan berharap jadi seseorang yang luar biasa. Itu tidak mungkin. Anda baru bisa menjadi luar biasa jika Anda telah mengalami banyak peristiwa yang luar biasa, namun terus menghadapinya hingga berhasil mengalahkannya. Itu adalah hukum kehidupan yang tak bisa dibantah. Apa beda permata dan batu biasa? Batu biasa tetaplah batu biasa jika ia tidak diasah, ditempa, digesek dan digoncang oleh kerasnya keadaan sekelilingnya.

Apapun yang tidak membunuhmu, akan menjadikanmu lebih kuat, kata pepatah. Jika suatu persoalan tidak membunuh Anda, maka Anda harus mendapatkan sesuatu yang meningkatkan nilai Anda dari persoalan tersebut. Please dehh.. ini bukan waktu untuk merenungkan hal-hal sepele dan nggak jelas. Sudah bukan waktunya untuk merasa sebagai korban dan minta dikasihani. Bangkitlah, tegaklah, Anda luar biasa. Sampai Anda mengalaminya sendiri, Anda akan memahami bahwa hidup ini bukanlah keajaiban yang turun dari langit, tapi hadiah yang harus Anda perjuangkan untuk tampil sebagai pemenang.

Viva la vida! ^^
 

enno's world Template by Ipietoon Cute Blog Design