Sabtu, 03 Maret 2012

Gampang Melihatnya Sulit Mewujudkannya

Aku harus belajar untuk menerima apapun keputusan Allah untuk ku. Yach, sudah ku putuskan untuk begitu. Aku tak harus susah memikirkan apa yang akan terjadi, belum terjadi, dan belum tentu akan terjadi. Aku sudah menentukan aliran ku, dan aku tinggal mengalir mengikuti arus dari aliran yang ku buat. Jika aku harus berhenti tersangkut dulu sejenak atau harus berputar-putar sedikit yang artinya itu menghambat laju ku, toh aku sudah berusaha. Segalanya perlu direncanakan, namun Allah yang menentukan hasilnya. Segalanya akan terasa indah jika kita berpikir positif dan bersyukur dengan apa yang diberikan pada kita. Banyak hal yang bisa kita syukuri, jika kita mau sedikit berusaha mengingat apa saja yang sudah diberikan pada kita. Hidup di dunia ini tak abadi, kesulitan tak akan selamanya mengikuti kehidupan yang hanya sementara ini. Tersenyum dan bersyukur adalah salah satu cara kita menikmati hidup ini.



Aku sudah memutuskan, aku tak akan berharap pada manusia dan bergantung pada siapapun. Jika aku berharap, maka harapan ku hanya pada Allah. Karena DIA satu-satunya yang tak pernah membuat ku kecewa. Dia selalu tepati janji-Nya, tidak pernah lupa, tak pernah mengabaikan ku, tak pernah terlena seperti orang-orang yang ku sayangi dan mengaku sayang pada ku. Aku sering harus menangis kecewa, menekuk muka karena sedih, dan gondhok oleh sifat manusiawi mereka. Karena itu sekali lagi, aku tak ingin lagi kecewa karena terlalu berharap pada mereka, aku bisa berdiri diatas kaki pemberian Tuhan ku, Allah ta’ala.


Pagi-pagi aku sudah main ke tetangga kamar ku, numpang nyetrika. Ketika tiba-tiba kami dalam keheningan, ia bertanya pada ku “kamu habis ini pengen kemana” (pekerjaan maksudnya). Ku jawab, “belum ku tentukan mbak”. Lalu ia bertanya kamu nggak pengen coba ke industri?. ku jawab pertanyaannya dengan senyum, lalu kata ku ” aku pengen jadi ibu rumah tangga saja.”. Sekali lagi teman ku memastikan jawaban ku, “meski nantinya gelar kamu ST, atau master Teknik?.” Ku jawab mantap, “Iya, apapun gelar ku nanti.” Teman ku hanya mengangguk-angguk, sedikit tak percaya.

Banyak orang meremehkan pekerjaan sebagai seorang “ibu rumah tangga”. Mereka bahkan menganggap, itu bukan suatu pekerjaan karena semua wanita bisa melakukannya. Padahal bukan perkara yang sederhana menjadi seorang ibu rumah tangga, ibu yang profesional di hadapan bos besarnya, Allah ta’ala. Buktinya tidak banyak ibu yang bisa amanah, ibu yang bisa full dan total dalam menjalankan perannya sebagai ibu dan istri di rumah. Jika banyak wanita memilih jalannya sebagai ibu rumah tangga yang profesional, kenapa masih ada perselingkuhan, kenapa pornografi dikhawatirkan merusak remaja, kenapa panti rehabilitasi narkoba semakin menjamur, kenapa psikoterapis dan konselor laris dipake jasanya, kenapa, kenapa, dan seribu kenapa yang sejenis ada???

Ibu rumah tangga yang profesional, tak sekedar bisa memasak, mencuci, menasehati, merawat, tapi tak melaksanakan itu semua. Ibu rumah tangga yang perofesional akan kawatir jika sedikit saja ia mengkorupsi waktu dan hak-hak suami dan anak-anaknya. Tanggung jawabnya tak main-main, di hadapan Allah. 
Proses auditnya bukan dihadapan sembarang auditor kelas KPK, tapi ini penguasa hari ini dan hari pembalasan.

Maka ibu rumah tangga yang profesional mestinya tau dimana posisinya, siapa pemimpinnya, siapa yang akan memintai pertanggung jawabannya. Ibu rumah tangga yang profesioanal adalah orang-orang yang diseleksi ketat oleh yang menciptanya langsung.

Dia adalah orang-orang yang sebelum melaksanakan tugasnya sudah terlebih dahulu ditatar dan ditraining, tidak main-main itungan waktu trainingnya, bukan hari atau minggu melainkan tahun. Bertahun-tahun, dari sejak dia lahir hingga ia siap menjadi seorang ibu, ibu rumah tangga yang profesional dididik dan ditraining di sekolah kehidupan, tentornya Allah langsung.

Jadi, memilih profesi sebagai ibu rumah tangga bukanlah pilihan yang sederhana bagiku, tapi itu jalan hidup yang harus ku pilih. Aku mencoba persiapkan semuanya dari sekarang meski tidak dari sejak aku balita. Setelah aku paham, aku baru menyadari betapa pentingnya persiapan menjadi seorang ibu. Aku sudah memutuskan untuk menjadi ibu, sebagai bentuk tanggung jawab moral atas kerusakan tatanan dunia, yang katanya disebabkan oleh anjloknya moral wanita. 

Wanita dituding menjadi penyebab kehancuran suatu negara, karena memang wanita itu sumber ilmu mengingat peran utamanya adalah sebagai guru bagi generasi penerus bangsa. Jika sumbernya saja sudah keruh dan beracun, pastilah aliran di bawahnya juga seperti itu.

Ya Allah, jangan pernah biarkan aku berubah menjadi lebih buruk di hadapan MU dari aku yang sekarang. Jika aku harus berubah, maka ubahlah aku menjadi lebih baik dari yang sekarang. Jika aku harus mengubur semua cita-cita (mulia) ku, maka kubur semua itu bersama jasad ku. Ijinkan aku menjadi yang terbaik dari diri ini,,,

0 komentar:

Posting Komentar

 

enno's world Template by Ipietoon Cute Blog Design