Ternyata..
Bener kata Abraham Maslow bahwa perasaan ingin diterima dan diakui sebagaimana adanya kita itu merupakan kebutuhan yang hakiki dalam diri tiap manusia. Kita suka melupakan hal ini. Kita lebih cenderung untuk menilai orang berdasarkan apa yang mereka perbuat. Padahal, kita seringkali nggak tahu apa-apa tentang orang itu.
Pernah suatu kali dalam wawancara di Oprah Show, seorang ibu yang suaminya dituduh memerkosa anaknya sendiri (bukan ayah kandung anak itu) bilang gini sama Oprah ‘Kamu tidak berhak menilaiku karena kamu tidak tahu dan tidak mengalami apa yang kualami..’. Aku tadinya nggak ngerti maksud perkataan itu. ‘Nggak berhak menilai gimana?? Wong udah jelas kamu salah. Sudah jelas suamimu salah. Kenapa kami nggak berhak menilaimu??’ Begitulah kira-kira kalo aku jadi Oprah.. Tapi lama-lama aku baru menyadari maksud yang sebenarnya.
Kita gampang sekali tergoda untuk menilai atau menghakimi orang lain. Kita melihat perbuatan orang dan berkomentar. Kita denger berita tentang seseorang dan menyampaikan pendapat kita. Padahal, kita sama sekali nggak tahu apa-apa tentang orang itu. Bahkan, menurut penulis buku ‘Rahasia Kekuatan Bujukan’, kita bisa saja menghabiskan 75 tahun hidup bersama dengan seseorang dan tak mengetahui apa-apa tentang orang tersebut!
Weleh.. weleh.. Ini mungkin terlalu ekstrem. Tapi nyata. Jangankan orang lain, diri kita sendiri aja kadang kita nggak kenal.. Makanya buku self-help, motivasi, pengembangan diri dsb laris manis di pasaran kaan.. Kalo tiap orang mengenal dirinya dengan baik, kayaknya buku-buku tersebut nggak bakalan selaris itu deh..
Aku seringkali melihat juga kecenderungan ini dalam diriku. Ngeliat orang gini, sibuk ikut ngasih opini. Ngeliat orang digossipin, ikut sibuk berkomentar, padahal sih gak ada yang nanyain pendapatku.. hehe. Tapi gimana ya, kayaknya seneng aja ikut rame..
Setelah mengalami sendiri segala sesuatu yang sensasional, fantastis, bombastis, spektakuler, dahsyat, mutakhir dan terpercaya seperti Bukan Berita Bukan Empat Mata, baru deh aku ngeh dengan kata-kata si ibu yang di Oprah Show tadi.. Yup! Kita nggak berhak menilai dan menghakimi orang hanya karena kita melihat perbuatannya. Toh kita nggak tahu apa motivasinya, latar belakangnya, kebutuhan-kebutuhannya, dsb. Kita juga tidak pernah menjalani hidup seperti yang dia jalani. Jadi, kita memang tidak berhak! Tapi yah.. gimana sih, sifat dasar manusia..
Kadang aku juga gerah dengan segala tuntutan masyarakat ketimuran yang kebanyakan ‘nggak enak’ itu. (Mungkin kurang bumbu penyedap kali yee..). Kita seringkali jadi terpaksa melakukan ini dan itu karena perasaan nggak enak. Kadang, orang suka kalo kita nrimo dan ‘melakukan segala sesuatu seperti yang telah ditentukan’ bagi kita. Padahal, nggak jarang dengan melakukannya kita jadi mengesampingkan nilai-nilai dan hakekat hidup kita yang sebenarnya. Coba pikir, hanya karena ‘nggak enak’, berapa kali kita sudah korban perasaan? Berapa banyak kali kita melupakan tujuan kita yang sebenarnya? Duuh.. pusing amat sih perasaan ‘nggak enak’ ini!!!
Bukan sok western, tapi aku suka aja dengan filosofi orang barat yang straight, nggak urusan, menjunjung tinggi individualisme, dan liberal. Bukan menyangkali kodrat kita sebagai makhluk sosial, tapi nggak enak banget kan kalo segala sesuatunya harus diselesaikan keroyokan? Kenapa sih kita nggak bisa membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri dan menerimanya apa adanya tanpa menuntutnya menjadi seperti yang kita harapkan, atau mengkritik kekurangannya, atau menilai performanya seakan kita sendiri mampu melakukannya lebih baik daripadanya? Siapalah kita ini sebenarnya?
Well.. ada saat kita perlu untuk menampilkan yang terbaik dari diri kita. Tapi ada juga saat-saat kita seharusnya boleh mengungkapkan sisi lemah kita kepada orang lain. Toh dengan demikian kita jadi menyadari bahwa kita semua adalah manusia yang sama dan sederajat di hadapan Yang Illahi. Mengapa kita puas dengan tampilan baik dari orang lain, sementara kita menyadari bahwa itu hanyalah sesuatu yang semu? Mengapa kita suka dengan kalimat-kalimat manis padahal kita tidak tahu ketulusan hati orang yang mengucapkannya? Bukankah lebih baik kita mendengar dan melihat kejujuran walaupun menyakitkan? Mengapa kita cuma mau menerima yang baik dari seseorang dan tidak bersedia menerima kekurangan-kekurangannya?
Hmghh.. Sejujurnya aku juga capek dengan gaya hidup seperti itu. Tuntutan-tuntutan untuk selalu memberikan yang terbaik, yang sempurna, yang memuaskan.. sementara gejolak dalam diriku.. apa ada yang bersedia memahami? Krisis-krisis yang berkecamuk hebat dalam jiwaku.. apa ada seseorang yang bersedia membuka hati untuk peduli? Apa ada yang berusaha untuk mengerti? Hmghh.. sejujurnya, mungkin mengenalku pun tidak, tapi yeah.. entahlah. Sepertinya tiap orang berhak untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing..
Kenapa sih kita suka mencari kambing hitam atas segala persoalan yang terjadi? Kenapa bukan kita sendiri yang mencari jalan keluarnya? Kenapa kita harus sibuk berkomentar, menyalahkan sana sini, menunjuk, menilai, mengkritik dan mencari pembenaran?
Hmghhh..
Siapa yang tahu di mana jawabnya? ^^
0 komentar:
Posting Komentar