Selasa, 10 Juli 2012

RINDU; Sebuah Drama tentang Kehilangan dan Penemuan Kembali



RINDU

Penulis : Sefryana Khairil

Penerbit : GagasMedia

Cetakan : I, 2010

ISBN : 978-979-780-408-4

Jml halaman : viii + 244 halaman

Harga : Rp. 35.000,00-

“Terkadang cinta dan kehilangan berjalan beriringan”

Kalimat yang tersemat manis disamping dua kuncup mawar layu pada cover novel bergenre domestik drama ini menjadi sebuah magnet berkekuatan luar biasa. Bagaimana tidak, selama ini cinta hampir selalu diidentikan dengan sebuah konsep bernama kepemilikan. Dalam RINDU, Sefry menawarkan konsep lain yang menjadi sisi gelap dari cinta, yaitu kehilangan. Kehilangan yang melahirkan kehampaan sebagai dampak pahit dari terenggutnya orang yang kita sayangi.

Milyaran bahkan trilyunan orang siap untuk mencintai sekaligus memiliki tapi tidak pernah siap untuk merasakan kehilangan. Ketidaksiapan inilah yang menjadikan kebahagiaan pasangan muda Krisna dan Zahra sontak menguap ketika putra kecil mereka, Daffa, meninggal akibat sebuah kecelakaan tragis yang terjadi di depan mata Zahra sendiri. Perasaan bersalah, tidak mau menerima takdir, defensif dan hampa sangat kental mendominasi alur cerita.

Membaca RINDU seperti berjalan pada track menanjak. Menguras energi. Kita tidak sekedar diajak membaca tapi juga merenungi hakikat kehilangan yang mencekam. Bagaimana sebuah kehilangan mengubah hidup seseorang dan mempengaruhi sebuah hubungan.



Penyajian konflik dihadirkan secara konsisten sejak awal cerita. Lembar-lembar pembuka benar-benar dioptimalkan untuk menyita perhatian pembaca, dan harus diakui bahwa Sefry sangat terlatih dalam melakukannya. Perasaan mengharu biru dengan segera menyergap saat menyimak bab pertama yang menggambarkan suasana sesaat setelah kematian Daffa. Sefry berhasil membuat mata Saya berkaca-kaca.

Selebihnya, konflik Krisna-Zahra berjalan statis. Ketika Zahra rapuh dan larut dalam penyesalan, sosok Krisna digambarkan sebagai pendamping tegar yang menjanjikan. Ketika keadaan tidak kunjung membaik, maka posisi menjadi berbalik. Krisna berubah menjadi sosok kaku yang defensif sedangkan Zahra bermetamorfosa menjadi lebih pengertian. Konflik panjang ini dibumbui dengan kisah Ayah-Ibu Krisna yang hidup terpisah tanpa perceraian. Kisah yang dengan sengaja dihadirkan Sefry sebagai cermin tempat Krisna ber-refleksi.

Pada akhirnya, konflik Krisna-Zahra terselesaikan melalui sebuah kontemplasi. Peninjauan ulang perjalanan untuk menemukan serpihan-serpihan cinta dan menyusunnya kembali ke dalam bentuk utuh. Love at second sight, begitu Sefry mengistilahkannya.

Untuk pecinta kutipan, RINDU merupakan sebuah kebun raya yang sangat kaya. Belum apa-apa, kutipan lirik lagu yang dengan apik disunting Sefry akan membawa khayal kita untuk menebak-nebak isi yang akan disimak. Kutipan tersebut tidak hanya sekedar menjadi hiasan, tapi sebagai identitas. Seperti campuran jeruk nipis pada teh yang tidak hanya memberikan sensasi segar tapi juga membentuk identitas baru sebagai lemon tea. Ini yang menjadi strong point dari RINDU.

Secara keseluruhan, novel ini cukup mengasyikan. Hanya saja, konflik berkepanjangan dengan masalah yang tidak kunjung usai dan cara penuturan serupa memicu munculnya rasa bosan dan menimbulkan kesan sengaja memperpanjang cerita. Dalam hal ini, keberadaan kutipan dirasakan amat membantu. Selain itu, Sefry sepertinya lupa menjelaskan akar kisah Ayah-Ibu Krisna secara lebih jelas, sehingga konflik masih terasa menggantung.

Ada hal lain yang cukup menggelitik untuk saya, yaitu pemilihan nama dagang Chocoramel sebagai makanan ringan yang menjadi tanggung jawab Krisna di perusahaan tempatnya bekerja. Kenapa? Karena di awal cerita disebutkan bahwa sejarah Chocoramel adalah menyediakan alternatif makanan ringan sehat dengan kadar gula berimbang. Sementara Chocoramel, dilihat dari namanya saja sudah jelas bahwa komposisi utamanya adalah coklat dan karamel. Sementara karamel itu sendiri merupakan hasil pemanasan gula hingga mencapai warna, rasa dan konsistensi tertentu. Tentu saja bahan ini mengandung kalori dalam jumlah lumayan sehingga Saya rasa tidak cocok jika diposisikan sebagai alternatif makanan ringan dengan kadar gula berimbang. Andai saja makanan ringan yang dipilih berupa biskuit gandum dengan suplementasi buah dan susu, mungkin novel ini akan terlihat lebih sempurna.

RINDU, sebuah drama tentang kehilangan dan kehampaan. Sebuah potret perjalanan dimana kehilangan menjadi katalis dalam menemukan kembali esensi sebuah cinta. Ya… pada akhirnya saya harus menyetujui kutipan yang dikemukakan Sefry bahwa cinta dan kehilangan terkadang berjalan beriringan. Dan memang cinta adalah penerimaan dan kerelaan melepaskan, bukan?

Untuk Sefry, Saya kasih nilai 7 untuk RINDU

sebuah partisipasi dalam lomba resensi novel RINDU by Sefryana Khairil

0 komentar:

Posting Komentar

 

enno's world Template by Ipietoon Cute Blog Design